Pengendalian Hama Terpadu Pada Kelapa

Assalamualaikum wr. Wb.
Selamat sore, salam sejahtera.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/archive/3/32/20070209015207%21Cocos_nucifera_-_K%C3%B6hler%E2%80%93s_Medizinal-Pflanzen-187.jpg
Tanaman Kelapa
Credit to : Franz Eugen Köhler, Köhler's Medizinal-Pflanzen

Tanaman kelapa merupakan tanaman yang tidak asing kita jumpai dimana saja, entah itu di perbukitan, dataran rendah hingga pantai pasti menemukan pohon kelapa. Pohon Kelapa atau Cocos nucifera merupakan pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Pohon Kelapa akar serabut, tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Daun merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti daun majemuk. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat.(Disadur dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa)
Perlu sahabat dan rekan rekan ketahui bahwa tanaman kelapa merupakan tanaman yang hampir keseluruhan bagian tubuhnya sangat bermanfaat bagi manusia. Mulai dari akar yang menginspirasi teknologi konstruksi pondasi “Cakar Ayam”. Kayunya pun dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan lain lain. Daun dari kelapa dapat menjadi atap bagi rumah kayu ataupun dipergunakan untuk membuat ketupat(dipakai janurnya). Buah kelapa muda hampir seluruh masyarakat pernah mengkonsumsinya dalam bentuk es atau bahan tambahan makanan, dan buah kelapa tua yang daging buahnya keras dimanfaatkan santannya untuk masakan dan minuman. Selain itu, kelapa juga dapat menjadi sumber nira atau bahan baku gula merah ataupun gula semut.
Akan tetapi, dalam budidaya kelapa seringkali kita menemukan masalah. Mulai dari kerusakan daun hingga kematian pohon kelapa. Hama yang paling umum ditemukan yaitu belalang. Belalang dalam nama latin bernama Sexava spp.( Orthoptera : Tettigonidae). Kerusakan yang diakibatkan belalang yaitu kerusakan daun akibat dimakan oleh belalang. Belalang yang ditemui biasanya dalam bentuk belalang coklat besar. Belalang menjadi hama apabila jumlahnya melebihi ambang ekonomi atau jumlahnya dapat menurunkan nilai ekonomis pohon kelapa dan menurunkan kualitas maupun kuantitas produknya.  Selain itu, Serangan hama Sexava spp. dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan tanaman kelapa mati (Zelazny dan Hosang, 1988) dalam Darwis(2006). Tanaman kelapa yang belum berproduksi apabila terserang hama Sexava spp. secara berkesinambungan pertumbuhannya akan terhambat, lambat berproduksi atau tidak berproduksi sama sekali dan lama kelamaan dapat menimbulkan kematian tanaman.

Hama Belalang(Sexava spp.) Source : perkebunan.litbang.pertanian.go.id

Pengendalian hama Sexava spp. sampai saat ini masih terlalu mengandalkan penggunaan insektisida, padahal sudah terbukti bahwa tindakan ini hanya bersifat sementara, hanya menekan populasi hama dalam waktu singkat dan akan banyak menimbulkan masalah baru seperti resistensi hama, resurjensi hama, hingga residu pada buah dan pencemaran lingkungan.
Menurut Bapak Indriya R, MS. Dalam PHT atau Pengendalian Hama Terpadu, kita harus mengenali hama itu sendiri, mengenali biologi hama tersebut, mengenali hubungan hama dengan musuh alaminya, menentukan tindakan, memilih taktik, dan evaluasi hasil.
Dalam mengenali hama kita bisa mempelajari daur hidup belalang dari telur hingga imago, kebiasaan atau perilaku belalang dan sebagainya. Dalam mengenali lingkungan, kita perlu mengetahui bagaimana lingkungan tersebut, mengapa bisa mendukung pertumbuhan dan perkembangan belalang, dan faktor lain.  Setelah mengetahui hal tersebut, kemudian harus mengumpulkan informasi cara pengendalian yang sudah pernah dilakukan dan efektif selain penggunaan pestisida. Kemudian merumuskan teknis strategi penerapan sesuai dengan lingkungan yang ada. Setelah upaya pengendalian dilakukan, maka kita dapat melaksanakan evaluasi. Evaluasi sangat penting karena akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan upaya pengendalian selanjutnya.
Menurut Michellia Darwis dalam Jurnalnya yang berjudul Upaya Pengendalian Hama Sexava spp. secara terpadu ada 5 jenis pengendalian hama belalang pada pohon kelapa, antara lain :
1.    Pengendalian Kultur Teknis
Beberapa tindakan kultur teknis yang dapat diperlakukan untuk menekan populasi hama
Sexava spp. antara lain adalah:
a. Pembuatan bobokor pada radius 2 m dari pangkal batang kelapa, bertujuan untuk menghindari Sexava spp meletakan telur.
b. Pengendalian gulma dan semak belukar di luar batas lingkaran bobokor agar nimfa yang baru menetas kesulitan mendapatkan sumber makanan.
c. Pembabatan dan pembersihan lahan di sekitar pertanaman dari beberapa inang hama Sexava spp. seperti; pisang, sagu, salak, pinang, pandan, manggis, dan enau.
d. Memangkas 3 atau 4 pelepah tertua yang pangkal pelepahnya dapat dijadikan tempat peletakan telur bagi imago betina,
e. Membersihkan lubang bekas takikan yang dibuat untuk memanjat dan memanen kelapa, karena tindakan ini juga dapat menghindari imago betina meletakan telur.
f. Penanaman tanaman penutup tanah (cover crops) terutama pada lahan datar, karena
cover crops memerlukan ‘’rolling’’ agar tumbuh merata. Manfaat cover crop menurut Franssen (1954) dalam Darwis (2006) dapat mempertinggi daya parasit musuh alami hama Sexava spp.
2.    Pengendalian Mekanis
Mencari semua stadia hama Sexava spp, baik telur, nimfa (5 instar) maupun imago, kemudian dimusnahkan. Hal ini perlu dilakukan secara massal, secara periodik dan berkesinambungan pada seluruh lokasi serangan.
3.    Pemanfaatan Tanaman Sela
Menurut Soekaryoto et al. (1994) dalam Darwis (2006) sistem tanam polikultur kelapa dengan kacang-kacangan dan ubi jalar dapat berperan dalam menekan populasi hama Sexava spp. Dari hasil pengamatan populasi nimfa dan imago cukup rendah yaitu masingmasing berkisar antara 0,2 – 3,27 ekor dan 0 – 0,9 ekor. Pada pola tanam ini, parasit telur Leefmansia bicolor dapat menekan populasi telur Sexava spp. yaitu rata-rata 6,9% - 16,47%. Meskipun belum terlalu effektif, mungkin perlu dilakukan pelepasan parasit telur lebih sering (secara periodik). Efektivitas yang tinggi dilaporkan oleh Franssen (1954), bahwa penanaman cover crops jenis Centrocema pubescen ternyata dapat meningkatkan daya paratisasi Leefmansia bicolor mencapai 95%. Masalahnya pada perkebunan kelapa rakyat di Sangihe dan Talaud petani tidak ada yang menanam tanaman cover crops.
4.    Pengendalian Hayati
a.    Parasit telur
Leefmansia bicolor merupakan parasitoid yang potensial untuk dikembangkan
b.    Parasit nimfa dan imago
Berdasarkan hasil survei di Papua, ternyata di Sorong dan beberapa pulau di sekitarnya ditemukan parasitoid nimfa dan imago yang potensial untuk hama S. nubila yaitu Stichotrema dallatorreanum
c.    Predator
Predator kemungkinan dapat berpotensi juga dalam mengendalikan populasi hama Sexava spp di lapangan. Semut rang-rang Oecophylla smaragdina, ditemukan menyerang S. nubila Selain itu ditemukan juga predator lain yang memangsa nimfa Sexava spp yaitu laba-laba dan katak hijau (Zelazny dan Hosang, 1989) dalam Darwis(2006).
Selain itu, menurut F. X. Wagiman(2014) Burung Lanius schach yang menjadi predator alami bagi nimfa belalang(Sexava spp) di Yogyakarta. Keefektifan pengendalian menggunakan burung Lanius schach juga menjadi dasar introduksi ke daerah di Australia dalam rangka pengendalian hama belalang pada tanaman kelapa.
5.    Pemanfaatan Insektisida
Insektisida sistemik yang efektif mengendalikan hama Sexava spp adalah methamidophos (Tamaron), monocrotopos (Azodrin), dicrotophos (Bidrin), phosphamidon (Dimicron), dan acephate (Orthene). Pada tanaman muda atau tanaman inang lainnya, dapat dilakukan penyemprotan insektisida kontak misal Matador 25 EC dengan dosis 2 – 3 ml/l air.
Demikian informasi yang dapat saya share. Semoga bermanfaat

Wassalamualaikum wr. Wb

Sumber :
Darwis, M.. 2006. Upaya Pengendalian Hama Sexava spp. Secara Terpadu. Jurnal Perspektif Vol. 5, No.2, Desember, 2006 : 98-110

F.X Wagiman, Nugroho S. P., Fredy Lala, dan Meldy L. A. H. 2014. The Introduction of Predatory Bird Lanius schach from Yogyakarta to Salibabu Island for Controlling Sexava spp. On Coconut Palm. B. Palma Vol. 15 No. 2, Desember 2014 : 115 - 119


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Informasi Geografis Pertanian dan Penerapannya

Perancangan GIS Agroforestry di Indonesia serta Manfaatnya

PKT Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.)