Pengendalian Hama Terpadu Pada Kelapa
Assalamualaikum
wr. Wb.
Selamat
sore, salam sejahtera.
Tanaman Kelapa Credit to : Franz Eugen Köhler, Köhler's Medizinal-Pflanzen |
Tanaman kelapa merupakan tanaman yang tidak asing kita jumpai dimana saja, entah itu di perbukitan, dataran rendah hingga pantai pasti menemukan pohon kelapa. Pohon Kelapa atau Cocos nucifera merupakan pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Pohon Kelapa akar serabut, tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Daun merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti daun majemuk. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat.(Disadur dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa)
Perlu sahabat dan rekan
rekan ketahui bahwa tanaman kelapa merupakan tanaman yang hampir keseluruhan
bagian tubuhnya sangat bermanfaat bagi manusia. Mulai dari akar yang
menginspirasi teknologi konstruksi pondasi “Cakar Ayam”. Kayunya pun dapat
dipergunakan sebagai bahan bangunan dan lain lain. Daun dari kelapa dapat
menjadi atap bagi rumah kayu ataupun dipergunakan untuk membuat ketupat(dipakai
janurnya). Buah kelapa muda hampir seluruh masyarakat pernah mengkonsumsinya
dalam bentuk es atau bahan tambahan makanan, dan buah kelapa tua yang daging
buahnya keras dimanfaatkan santannya untuk masakan dan minuman. Selain itu,
kelapa juga dapat menjadi sumber nira atau bahan baku gula merah ataupun gula
semut.
Akan tetapi, dalam budidaya
kelapa seringkali kita menemukan masalah. Mulai dari kerusakan daun hingga
kematian pohon kelapa. Hama yang paling umum ditemukan yaitu belalang. Belalang
dalam nama latin bernama Sexava spp.(
Orthoptera : Tettigonidae). Kerusakan yang diakibatkan belalang yaitu kerusakan
daun akibat dimakan oleh belalang. Belalang yang ditemui biasanya dalam bentuk
belalang coklat besar. Belalang menjadi hama apabila jumlahnya melebihi ambang
ekonomi atau jumlahnya dapat menurunkan nilai ekonomis pohon kelapa dan menurunkan
kualitas maupun kuantitas produknya.
Selain itu, Serangan hama Sexava spp. dengan intensitas tinggi
dapat menyebabkan tanaman kelapa mati (Zelazny dan Hosang, 1988) dalam Darwis(2006). Tanaman kelapa
yang belum berproduksi apabila terserang hama Sexava spp. secara berkesinambungan
pertumbuhannya akan terhambat, lambat berproduksi atau tidak berproduksi sama
sekali dan lama kelamaan dapat menimbulkan kematian tanaman.
Hama Belalang(Sexava spp.) Source : perkebunan.litbang.pertanian.go.id |
Pengendalian hama Sexava spp. sampai saat ini masih terlalu mengandalkan penggunaan insektisida, padahal sudah terbukti bahwa tindakan ini hanya bersifat sementara, hanya menekan populasi hama dalam waktu singkat dan akan banyak menimbulkan masalah baru seperti resistensi hama, resurjensi hama, hingga residu pada buah dan pencemaran lingkungan.
Menurut Bapak Indriya R, MS.
Dalam PHT atau Pengendalian Hama Terpadu, kita harus mengenali hama itu
sendiri, mengenali biologi hama tersebut, mengenali hubungan hama dengan musuh
alaminya, menentukan tindakan, memilih taktik, dan evaluasi hasil.
Dalam mengenali hama kita
bisa mempelajari daur hidup belalang dari telur hingga imago, kebiasaan atau
perilaku belalang dan sebagainya. Dalam mengenali lingkungan, kita perlu
mengetahui bagaimana lingkungan tersebut, mengapa bisa mendukung pertumbuhan
dan perkembangan belalang, dan faktor lain. Setelah mengetahui hal tersebut, kemudian
harus mengumpulkan informasi cara pengendalian yang sudah pernah dilakukan dan
efektif selain penggunaan pestisida. Kemudian merumuskan teknis strategi
penerapan sesuai dengan lingkungan yang ada. Setelah upaya pengendalian
dilakukan, maka kita dapat melaksanakan evaluasi. Evaluasi sangat penting
karena akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan upaya pengendalian selanjutnya.
Menurut Michellia Darwis
dalam Jurnalnya yang berjudul Upaya Pengendalian Hama Sexava spp. secara terpadu ada 5 jenis pengendalian hama belalang
pada pohon kelapa, antara lain :
1. Pengendalian
Kultur Teknis
Beberapa tindakan kultur teknis yang
dapat diperlakukan untuk menekan populasi hama
Sexava spp. antara lain adalah:
a. Pembuatan bobokor pada radius 2 m
dari pangkal batang kelapa, bertujuan untuk menghindari Sexava spp
meletakan telur.
b. Pengendalian gulma dan semak belukar
di luar batas lingkaran bobokor agar nimfa yang baru menetas kesulitan
mendapatkan sumber makanan.
c. Pembabatan dan pembersihan lahan di sekitar
pertanaman dari beberapa inang hama Sexava spp. seperti; pisang, sagu,
salak, pinang, pandan, manggis, dan enau.
d. Memangkas 3 atau 4 pelepah tertua
yang pangkal pelepahnya dapat dijadikan tempat peletakan telur bagi imago
betina,
e. Membersihkan lubang bekas takikan
yang dibuat untuk memanjat dan memanen kelapa, karena tindakan ini juga dapat menghindari
imago betina meletakan telur.
f. Penanaman tanaman penutup tanah
(cover crops) terutama pada lahan datar, karena
cover crops memerlukan ‘’rolling’’ agar tumbuh
merata. Manfaat cover crop menurut Franssen (1954) dalam Darwis (2006) dapat
mempertinggi daya parasit musuh alami hama Sexava spp.
2. Pengendalian
Mekanis
Mencari semua stadia hama Sexava spp,
baik telur, nimfa (5 instar) maupun imago, kemudian dimusnahkan. Hal ini perlu
dilakukan secara massal, secara periodik dan berkesinambungan pada seluruh
lokasi serangan.
3. Pemanfaatan
Tanaman Sela
Menurut Soekaryoto et al. (1994) dalam
Darwis (2006) sistem tanam polikultur kelapa dengan kacang-kacangan dan ubi
jalar dapat berperan dalam menekan populasi hama Sexava spp. Dari hasil pengamatan populasi nimfa dan imago cukup
rendah yaitu masingmasing berkisar antara 0,2 – 3,27 ekor dan 0 – 0,9 ekor.
Pada pola tanam ini, parasit telur Leefmansia bicolor dapat menekan populasi
telur Sexava spp. yaitu rata-rata
6,9% - 16,47%. Meskipun belum terlalu effektif, mungkin perlu dilakukan pelepasan
parasit telur lebih sering (secara periodik). Efektivitas yang tinggi
dilaporkan oleh Franssen (1954), bahwa penanaman cover crops jenis Centrocema
pubescen ternyata dapat meningkatkan daya paratisasi Leefmansia bicolor
mencapai 95%. Masalahnya pada perkebunan kelapa rakyat di Sangihe dan Talaud
petani tidak ada yang menanam tanaman cover crops.
4. Pengendalian
Hayati
a.
Parasit
telur
Leefmansia bicolor merupakan parasitoid yang potensial
untuk dikembangkan
b.
Parasit
nimfa dan imago
Berdasarkan
hasil survei di Papua, ternyata di Sorong dan beberapa pulau di sekitarnya
ditemukan parasitoid nimfa dan imago yang potensial untuk hama S. nubila yaitu Stichotrema dallatorreanum
c.
Predator
Predator
kemungkinan dapat berpotensi juga dalam mengendalikan populasi hama Sexava spp di lapangan. Semut
rang-rang Oecophylla smaragdina, ditemukan menyerang S. nubila Selain
itu ditemukan juga predator lain yang memangsa nimfa Sexava spp yaitu
laba-laba dan katak hijau (Zelazny dan Hosang, 1989) dalam Darwis(2006).
Selain
itu, menurut F. X. Wagiman(2014) Burung Lanius schach yang menjadi predator alami bagi nimfa
belalang(Sexava spp) di Yogyakarta. Keefektifan pengendalian menggunakan
burung Lanius schach juga menjadi dasar introduksi ke daerah di
Australia dalam rangka pengendalian hama belalang pada tanaman kelapa.
5. Pemanfaatan
Insektisida
Insektisida sistemik yang efektif
mengendalikan hama Sexava spp adalah
methamidophos (Tamaron), monocrotopos (Azodrin), dicrotophos (Bidrin),
phosphamidon (Dimicron), dan acephate (Orthene). Pada tanaman muda atau tanaman
inang lainnya, dapat dilakukan penyemprotan insektisida kontak misal Matador 25
EC dengan dosis 2 – 3 ml/l air.
Demikian informasi yang dapat saya
share. Semoga bermanfaat
Wassalamualaikum wr. Wb
Sumber :
Darwis,
M.. 2006. Upaya Pengendalian Hama Sexava
spp. Secara Terpadu. Jurnal Perspektif Vol. 5, No.2, Desember, 2006 :
98-110
F.X
Wagiman, Nugroho S. P., Fredy Lala, dan Meldy L. A. H. 2014. The Introduction of Predatory Bird Lanius schach
from Yogyakarta to Salibabu Island for Controlling Sexava spp. On Coconut Palm.
B. Palma Vol. 15 No. 2, Desember 2014 : 115 - 119
Komentar
Posting Komentar