PKT Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.)

Pengelolaan Kesehatan Tanaman merupakan sebuah kerangka kerja yang teoritis dan praktis untuk menempatkan secara ilmiah dan teknis seluruh batasan-biotik dan abiotik-untuk hasil, kegunaan, penampilan atau kualitas penggunaan akhir dari tanaman yang ditumbuhkan untuk tujuan khusus bagi manusia(Cook, 2000)
Sebagai tanaman komoditas strategis, kopi diharapkan menjadi penopang ekspor Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan produksi biji kopi berkualitas dan dalam skala yang lebih besar lagi. Selain sebagai komoditas ekspor, kopi sangat diminati oleh masyarakat indonesia terutama pada kopi arabika. Dalam memenuhi kebetuhan yang sangat tinggi ini, budidaya kopi seharusnya dioptimalkan pengelolaannya.
Melalui konsep PKT dalam pengelolaan tanaman kopi diharapkan dapat meningkatkan produksi kopi tanpa harus melakukan eksploitasi yang merusak lingkungan. Konsep PKT yang diterapkan bertujuan untuk mengeliminir faktor penghambat potensi genetik seperti kurang tepatnya pengelolaan ataupun kurang efektifnya pengendalian hama penyakit.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Cook(2000) dalam proses pelaksanakan PKT terdapat langkah langkah yang dianjurkan untuk diikuti, langkah tersebut meliputi :
A.    Persiapan
·         Persiapan meliputi pengambilan keputusan dan analisis usaha tani seperti memilih lokasi dan mempelajari lingkungan, kondisi tanah, kondisi iklim, dan vegetasi yang sudah ada. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi tentang varietas/klon Kopi Arabika apa yang memiliki potensi genetik terbaik ataupun merancang kombinasi sambung tanaman yang diharapkan mendapat hasil yang meningkat dan potensi tanaman yang sehat.
·         Pemilihan variasi jenis kopi yang tepat(memilih varietas/klon terbaik)akan meningkatkan peluang keberhasilan atau tercapainya potensi genetik serta mengurangi faktor pembatas seperti kerentanan terhadap hama, daya adaptasi rendah maupun kualitas dan kuantitas biji kopi yang kecil dan sedikit.
·         Pemenuhan syarat tumbuh yang maksimal untuk mengurangi hambatan dalam mencapai potensi genetik. Adapun syarat tumbuhnya yaitu :
o   Ketinggian lahan 750-1000 mdpl
o   Suhu 15-21°C
o   Curah hujan sedang(1500-2500 mm per tahun)
·         Secana umum lahan (tanah) untuk tanaman kopi Robusta, Arabika maupun Liberika mempunyai karakteristik/sifat yang hampir sama yaitu :
(1) kemiringan tanah kurang dari 30 %,
(2) kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm,
(3) tekstur tanah berlempung (loamy) dengan struktur tanah lapisan atas remah,
(4) kadar bahan organik di atas 3,5 % atau kadar karbon(C) di atas 2 %,
(5) nisbah C dan nitrogen (N) antara 10 — 12,
(6) kapasitas tukarkation (KTK) di atas 15 me/100 g,
(6) kejenuhan basa (KB)di atas 35 %,
(7) kemasaman (pH) tanah berkisar 5,5 — 6,5 dan
(8) kadar unsur hara N, posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca) serta magnesium(Mg) cukup sampai tinggi.
·         Perencanaan teknis pemeliharaan lahan
·         Pemilihan metode produksi
·         Perencanaan antisipasi dan penanggulangan hama penyakit
B.    Pelaksanaan
·         Pemilihan bibit/klon
Pemilihan kultivar bibit disesuaikan dengan kondisi dan pertimbangan tertentu sesuai kondisi lahan yang telah dipelajari.
·         Pengelolaan lahan dan sanitasi serta pemupukan
o   Pengolahan lahan
§  Pembukaan Lahan -  Langkah awal dari pembukaan lahan adalah melakukan penebangan dan pembongkaran terhadap pohon, perdu dan tunggul beserta perakarannya. Kayu dan serasah (sisa-sisa tanaman, perdu dan tunggul)  hasilnya ditumpuk di satu tempat di pinggir kebun. Pembukaan lahan harus dilakukan tanpa adanya pembakaran (zero burning) dan penggunaan herbisida dilakukan secara terbatas bijaksana.
§  Pengajiran - Pengajiran bertujuan untuk  (1) mengatur jarak tanam di lapangan, (2) mempermudah pembuatan lubang tanam, (3) membantu agar benih yang ditanam membentuk garis lurus  sehingga mempermudah dalam pengelolaan dan pemeliharaan tanaman.  Pada lahan datar  pengajiran dilakukan secara larikan  dengan arah barisan mengikuti arah mata angin.  Ajir induk/kepala  ditempatkan pada arah utara – selatan sedangkan ajir anakan (pengisi) pada arah timur – barat.  Ajir induk ditempatkan di tengah apabila lahannya luas dan diletakkan di pinggir apabila luasnya kurang dari 1 ha. Pada lahan miring (kemiringan lahan di atas 30%) pemancangan ajir dilakukan sesuai kontur dengan mengikuti prinsip titik-titik pada ketinggian yang sama.  Alat yang dipakai untuk tanah datar adalah bambu-bambu yang telah dibelahdengan ukuran panjang sekitar 1 m, sedangkan pada tanah berkontur menggunakan segitiga kontur.
§  Jarak tanam - untuk tanaman kopi bervariasi tergantung kepada jenis kopi dan kondisi lahan. Pada lahan miring,  jarak tanam dalam teras untuk kopi Arabika tipe katai berkisar 2,00 – 2,25 m sedangkan untuk tipe jangkung 2,50 – 2,75 m
§  Lubang Tanam - Lubang tanam untuk tanaman kopi sebaiknya dibuat 6 bulan sebelum tanam. Ukuran lubang tanam tergantung kepada kondisi tanah (tekstur dan struktur tanah), makin berat tanah maka  ukuran lubang tanam makin besar. Lubang tanam yang baik untuk tanaman kopi berukuran 60 x 60 cm pada bagian permukaan dan 40 x 40 cm pada bagian dasar dengan kedalaman 60 cm.  Pada lahan miring yang dibuat teras kontur, lubang tanam dibuat dekat sisi miring sebelah atas. Makin terjal kemiringan tanah, makin dekat sisi miring sebelah atasnya.
§  Pengendalian Erosi - Tingkat erosi paling tinggi terjadi pada periode persiapan lahan dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Tingkat erosi akan semakin berkurang setelah tanaman dewasa, karena air hujan di tahan oleh tajuk tanaman yang sudah menutupi hampir seluruh permukaan tanah.
Upaya untuk mengatasi erosi dapat dilakukan sebagai  berikut :
1.    Jika kebun kopi mempunyai tingkat kemiringan kurang dari  8 % maka perlu dibuat rorak.
2.    Jika lereng lapangan lebih dari 8 % perlu dibuat teras bangku dan rorak. Teras bangku  dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi suatu deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga.  Fungsi utama teras bangku adalah ; (1) memperlambat aliran permukaan, (2) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, (3) meningkatkan laju infiltrasi dan (4) mempermudah pengolahan tanah.
3.    Lahan yang mempunyai kemiringan lebih dari 45 % sebaiknya tidak dipakai untuk budidaya tanaman kopi. Lahan tersebut sesuai untuk digunakan tanaman kayu-kayuan atau sebagai hutan cadangan/hutan lindung. Namun demikian dalam kondisi tertentu areal yang curam (kemiringan lahan lebih dari 45%) dapat dimanfaatkan untuk penanaman kopi, dengan syarat harus dilengkapi dengan teras individu.
§   

o   Sanitasi
·         Pembuatan rorak - Rorak adalah lubang atau penampung yang ditujukan untuk : (1) menampung dan meresapkan air aliran permukaan ke dalam tanah, (2) memperlambat laju aliran permukaan, (3) pengumpul sedimen yang memudahkan untuk mengembalikannya ke bidang olah dan (4)  media penampung bahan organik, yang merupakan sumber hara bagi tanaman. Rorak dibuat setelah benih di tanam di lapangan, dan pada tanaman yang sudah produktif dibuat setiap tahun.
Pembuatan rorak pada lahan datar dilakukan pada jarak 40 – 60 cm dari batang tanaman kopi, dengan ukuran panjang 120 cm, lebar 40 cm dan dalam 40 cm.  Jarak rorak dari batang tanaman kopi dapat berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Gambar 4). Pada lahan miring rorak dibuat memotong lereng, atau searah dengan terasan (sejajar garis kontur), dibuat pada bidang olah atau di saluran teras. Serasah kebun, hasil pangkasan ranting kopi dan penaung, hasil penyiangan gulma, kompos, serta pupuk kandang dapat dimasukkan ke dalam rorak untuk dijadikan pupuk organik.
§  Penanaman Penaung - Tanaman penaung sementara dan penaung tetap sebaiknya ditanam satu tahun sebelum penanaman kopi, dengan tujuan agar tanaman penaung sudah tumbuh cukup lebat, sehingga dapat menaungi tanaman kopi.  Tanaman penaung sementara ditanam dalam barisan pada selang jarak 2 — 4 m atau mengikuti kontur, sedangkan tanaman penaung tetap di tanaman dengan jarak tanam 2 x 2,5 m, 4 x 5 m atau 5 x 5 m. Tanaman penaung sementara yang dapat digunakan antara lain : Moghania sp. (di dataran rendah), Teprosia sp. dan Crotalaria sp. (didataran tinggi). Sedangkan untuk tanaman penaung tetap dapat digunakan gamal (glirisidia), lamtoro dan lain-lain 
§  Pemangkasan - Manfaat dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar pohon tetap rendah sehingga mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang baru, mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan penyakit. Pangkasan juga dapat dilakukan selama panen sambil menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif, cabang liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang produktif dipangkas agar unsur hara yang diberikan dapat tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif.

o   Pemupukan
Tujuan pemupukan adalah untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan produksi dan mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Seperti tanaman lainnya, pemupukan secara umum harus tepat waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara pemberiannya. Semuanya tergantung kepada jenis tanah, iklim dan umur tanaman Pemberian pupuk dapat diletakkan sekitar 30-40 cm dar batang pokok.

·         Penanaman bibit atau bahan tanam
Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari tanaman dan generatif menggunakan benih atau biji. Perbanyakan secara generatif lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal).
Sambungan dan setek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah untuk memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit akar, dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu biji baik
.
·         Pengairan
Pengairan yang bersih dan bebas dari limbah berbahaya
·         Pengelolaan hama dan penyakit serta gulma secara terpadu
o   Hama
§  PHT hama PBKO telah diterapkan di Amerika Latin. Tiga komponen utama yang diintegrasikan adalah :
(1) Pengendalian secara kultur teknik atau agronomis yang meliputi pemangkasan setelah panen pada pohon kopi penunjangnya,
(2) Sanitasi buah yang tersisa di pohon dan pangkasan cabang dan
(3) Pemangkasan perangkap untuk menangkap sehingga secara massal. Tingkat keefektifan ini bisa mencapai 90% dibanding kontrol. Di Indonesia pemasangan perangkap Brocap trap cukup efektif menekan tingkat serangan pada kopi Robusta di Lampung (Wiryadiputra et al., 2008).
Pemanenan dan pengelolan pasca panen
§  Menurut Puslitkoka (2006), hama utama pada tanaman kopi adalah :
1.    Nematoda parasit, yaitu Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Pengendalian disarankan menggunakan tanaman tahan, seperti klon BP 961
2.    Hama penggerek buah kopi, yaitu Hypothenemus hampei Untuk pengendalian disarankan melakukan pengaturan naungan agar pertanaman tidak terlalu gelap, atau penggunaan parasitoid Cephalonomia stephanoderis ataupun menggunakan tanaman yang masak serentak seperti USDA 762 untuk arabika dan BP 234 dan BP 409
3.    Kutu dompolan atau kutu putih Planococcus citri, yang disarankan dikendalikan dengan pengaturan naungan
4.    Kutu hijau (Coccus viridis) atau kutu coklat (Saesetia coffeae), pengendalian yang disarankan dengan pemeliharaan dan pemupukan yang berimbang
5.    Penggerek cabang Xylosandrus spp. yang dikendalikan dengan memotong cabang terserang, pemangkasan dan membakar ranting-rantingnya.
6.    Penggerek batang merah Zeuzera coffeae, disarankan dikendalikan dengan memotong batang terseran maupun cara kimia dan biologis lainnya
o   Penyakit
Rendahnya produksi nasional kopi Arabika tidak terlepas dari terbatasnya lahan yang sesuai untuk penanamannya, yaitu berupa persyaratan ketinggian tempat penanaman di atas 1000 m di atas permukaan laut. Pada lahan tinggi tersebut selain aroma kopi Arabika lebih baik, serangan jamur penyebab penyakit karat daun, Hemileia vastatrix B. et Br. juga akan terhambat. Sementara itu lahan yang masih tersedia sebagian besar terletak pada lahan ketinggian menengah (700 – 900 m dpl.), yaitu suatu area yang selama ini telah banyak ditanami kopi Robusta. Jadi salah satu cara menghindari penyakit karat daun pada kopi arabika adalah dengan menanam pada lahan dengan ketinggian yang cukup, yaitu di atas 1000 m dpl.


C.    Evaluasi
Pustaka
Supriadi, Handi. 2017. Persiapan dan Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi. http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/474-persiapan-dan-kesesuai-lahan-tanaman-kopi? Disadur pada 21 Oktober 2017 pukul 20.10 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Informasi Geografis Pertanian dan Penerapannya

Perancangan GIS Agroforestry di Indonesia serta Manfaatnya