Intermezzo tentang PHT

Assalamualaikum wr. Wb.

Selamat pagi, salam sejahtera.. cukup lama saya tidak memposting. Minggu siang yang sangat tenang ini, kembali saya share pengetahuan penting tentang PHT yang saya dapatkan selama mengikuti mata kuliah PHPT atau Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu. So, sahabat pembaca disini, baik yang bergelut di bidang pertanian, sedang menempuh studi pertanian ataupun yang gaada kaitannya sama pertanian mari kita bersama sharing hal ini.. Sebelum itu, saya ingin sekali mengingatkan kepada pembaca sekalian agar selalu menghayati dan mengamalkan PANCASILA karena, dimana PANCASILA ini sebenarnya adalah ruh dalam bangsa kita.
Kembali ke tanggal 24 September 2017, kita sudah tahu bahwa tanggal tersebut adalah Hari Tani Nasional (SELAMAT HARI TANI 2017!). Saya berpikir keras, bagaimana cara saya untuk bisa berkontribusi dalam  mengembangkan pertanian kita.  Jika melihat perjuangan bapak Amran Sulaiman dan Bapak Ibu Petani di seluruh penjuru negeri.. saya ingin meneruskan perjuangan mereka.
Pertanian itu ujung tanduk suplai pangan semua orang, ga ada ceritanya orang kenyang makan uang. Ada celetukan sahabat saya semakin banyak orang, semakin banyak kebutuhan pangan toh? Tapi lahan pertanian semakin sempit saja... Ya, dengan akal pikiran yang dianugerahakan-Nya kepada kita, kita telah melompati problema “apakah tanah yang sempit ini bisa mencukupi pangan seluruh bumi?” dengan bioteknologi. Tinggal bagaimana sekarang kita agar menjaga alam agar tidak menjauh dari titik keseimbangannya.
Adanya overpopulasi hama atau ledakan hama di suatu tempat merupakan akibat dari banyaknya komoditas yang disenangi oleh mereka, itu memang sifat alami dari makhluk hidup(makan, bergerak, dan berkembangbiak). Pada dasarnya organisme yang kita tuduh sebagai hama itu bukanlah hama, melainkan organisme yang ingin mencari sesuap nasinya sendiri. Akan tetapi, karena banyaknya makanan membuat mereka beranak-pianak dan menyerobot makanan milik manusia yang susah payah menanamnya dan disebutlah mereka mereka itu dengan hama.
Sebagai manusia yang butuh sesuap nasi juga, terjadilah crash antara hama dan manusianya dan berakhir dengan pembasmian hama besar besaran(Revolusi hijau di tahun 1970-1990an). Sayangnya, penggunaan pestisida kimiawi malah menyebabkan masalah baru baik untuk masalah kesehatan manusia(keracunan, alergi, dan lain lain) hingga musnahnya suatu organisme non hama(contohnya Silent Spring yang pernah diceritakan bapak Indriya).
Di masa milenium ini, manusia sudah mulai sadar dengan kerusakan yang ada. Semua kembali memikirkan alam dan kesehatan. Sebenarnya bukan salah pestisidanya, tapi kebijaksanaan dalam penggunaan pestisidanya. Saya tekankan kepada bapak bapak agar mengingat, baik penyemprot maupun konsumen dapat terpapar pestisida. Bijaksanalah dengan pestisida “Kesehatanmu loh, itu”(sedikit mengutip dari mas mulyadi stand up comedian)
Terus gimana kalau ngga pake pestisida, gimana kalau buahnya rusak, kan rugi saya?.. Bukan saya melarang, tapi minimalisir pestisidanya. Karena dalam PHT, masih ada langkah pengendalian hama dengan hal hal yang ilmiah sampai yang unik. Kalau dalam teori, ada pengendalian dengan cara menangkap tikus secara langsung (tapi kan capek?). Di suatu daerah ada yang unik, yaitu nangkep tikusnya rame rame, anggep aja hiburan sebelum masa tanam dan hitung hitung untuk merekatkan kebersamaan antara petani dan warga. Ada yang pakai jebakan atau trap, salah satunya jebakan atau perangkap lalat buah berupa botol air mineral yang dilubangi dan diberi air sabun dan atraktan seperti feromon seperti metil eugenol didalamnya. Selain itu kita bisa menggunakan tanaman tahan hama ataupun mengolah tanah dengan sebaik baiknya sebelum menanam.
Sekian intermezzo dari saya. Mohon maaf bahasanya kurang konsisten karena ngetiknya sambil santai.

Wassalamualaikum wr wb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Informasi Geografis Pertanian dan Penerapannya

Perancangan GIS Agroforestry di Indonesia serta Manfaatnya

PKT Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.)